Flu Burung Picu Kasus Kematian Manusia Pertama, Ini Gejalanya

A worker prepares bins during a chicken cull in Hong Kong on December 31, 2014, after the deadly H7N9 virus was discovered in poultry imported from China. Hong Kong began culling thousands of chickens on December 31 after the deadly H7N9 virus was discovered in poultry imported from China, days after the city raised alert levels when a woman was hospitalised with the disease.  AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE (Photo by Isaac Lawrence / AFP)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus kematian pertama akibat infeksi virus flu burung H3N8 atau Avian Influenza A.

Menurut laporanĀ The Guardian, kematian manusia pertama akibat virus yang mulai beredar sejak 2022 itu terjadi pada perempuan berusia 56 tahun di Guangdong, China. Korban meninggal adalah pasien ketiga yang terpapar jenis virus ini.

“Pasien memiliki beberapa latar belakang kondisi. Dia memiliki riwayat terpapar unggas hidup sebelum terjangkit dan ada riwayat keberadaan burung liar di sekitar rumahnya,” kata WHO, dikutip Kamis (13/4/2023).

Lantas, bagaimanakah gejala flu burung H3N8?

Melansir dari laman resmi WHO, gejala yang muncul pada pasien yang terinfeksi virus flu burung H3N8 tergantung pada faktor-faktor yang terkait dengan virus tertentu dan inang yang terinfeksi.

“Penyakit dapat berkisar dari konjungtivitis atau gejala ringan, seperti flu hingga penyakit pernapasan akut yang parah atau bahkan kematian. Gejala gastrointestinal atau neurologis telah dilaporkan tetapi jarang terjadi,” kata WHO.

Sementara itu, dikutip dari laman resmi National Health Service (NHS) gejala infeksi virus flu burung yang umumnya terjadi adalah.

  • Suhu tubuh yang sangat tinggi, merasa panas, atau menggigil
  • Nyeri otot
  • Sakit kepala
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Diare
  • Mual
  • Sakit perut
  • Nyeri dada
  • Pendarahan hidung dan gusi
  • Konjungtivitis

Hingga saat ini, WHO masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait penularan H3N8 pada manusia dan hewan. Namun, Kasus flu burung pada manusia biasanya akibat dari paparan langsung atau tidak langsung terhadap unggas hidup atau mati yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

“Karena sifat virus influenza yang terus berkembang, WHO menekankan pentingnya pengawasan global untuk mendeteksi perubahan virologis, epidemiologis, dan klinis yang terkait dengan virus influenza yang beredar yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (atau hewan),” tegas WHO.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*