– Mayoritas saham emiten pertambangan emas di Indonesia terpantau menguat pada perdagangan sesi I Jumat (14/4/2023), di tengah meroketnya harga emas acuan dunia.
Hingga pukul 09:28 WIB, dari enam saham pertambangan emas di RI, hanya satu saham yang cenderung stagnan pada pagi hari ini, sedangkan sisanya berhasil menguat.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 68 | 3,03% |
Archi Indonesia | ARCI | 346 | 1,76% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 163 | 0,62% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 4.150 | 0,48% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.140 | 0,47% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 105 | 0,00% |
Sumber: RTI
Saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) memimpin penguatan saham pertambangan emas RI pada sesi I hari ini, yakni melonjak 3,03% ke posisi harga Rp 68/saham.
Sedangkan untuk saham raksasa tambang emas seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terpantau menguat masing-masing 0,48% dan 0,47%.
Sementara untuk saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) cenderung stagnan di level harga Rp 105/saham pada sesi I hari ini.
Cerahnya saham pertambangan emas RI pada pagi hari ini terjadi di tengah meroketnya harga emas acuan dunia kemarin.
Harga emas semakin mengangkasa setelah rilis data indeks harga produsen Amerika Serikat (AS).
Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, emas ditutup melonjak 1,24% di posisi US$ 2.039,74 per troy ons.
Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Maret 2022 atau 13 bulan terakhir.
Penguatan semakin memperpanjang tren positif emas yang menguat sejak 11 April 2023. Dalam tiga hari perdagangan tersebut, harga emas melonjak 2,5%.
Harga emas juga masih menguat pada pagi hari ini. Per pukul 06: 25 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2.039,87 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,006%.
Harga emas menguat setelah indeks harga produsen (IPP) AS melandai. Indeks yang melemah semakin menguatkan ekspektasi pasar jika bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan segera melunak.
IPP mengalami kontraksi 0,5% (month-to-month/mtm) pada Maret 2023, dari 0% pada Februari. Secara tahunan (year-on-year/yoy), IPP melandai menjadi 2,7% pada Maret dari 4,9% pada Februari.
IPP melandai jauh di bawah ekspektasi pasar yakni kontraksi 0,1% (mtm) dan melandai 2,8% (yoy). Melandainya IPP melengkapi sejumlah data mengenai pergerakan harga di AS yang terus melandai.
Inflasi AS secara mengejutkan melandai ke 5% (yoy) pada Maret tahun ini. Inflasi tidak hanya jauh lebih rendah dibandingkan 6% (yoy) pada Februari tetapi juga jauh di bawah ekspektasi pasar (5,1%).
Secara month to month/mtm, inflasi AS melandai ke 0,1% pada Maret 2023, dari 0,4% pada Februari.
IPP dan Inflasi yang melandai ini menjadi sinyal jika ekonomi Negara Paman Sam akan mulai mendingin setelah tumbuh relatif kencang yakni 2,6% (yoy) padda kuartal IV-2022.
Kondisi ini akan mendukung The Fed untuk segera melunakkan kebijakan moneternya.
Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang keluar pada Rabu pekan ini menunjukkan adanya proyeksi jika ekonomi AS bisa masuk resesi.
Pasar kini bertaruh jika kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps kini menjadi 69% pada Mei mendatang. Banyak dari pelaku pasar yang juga memperkirakan jika The Fed akan mulai menahan suku bunga pada Juni tahun ini.
Kebijakan yang dovish akan membuat dolar AS terpuruk sehingga emas makin terjangkau untuk investasi.
Indeks dolar sendiri anjlok ke posisi 101,01 atau terendah sejak 21 April 2022 atau hampir setahun terakhir.