Mengejutkan! Terancam Default, Ternyata Utang AS Dari China

Shopping cart is seen in front of U.S. and Chinese flag displayed in this illustration taken January 30, 2023. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

  • Belakangan ini Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang
  • Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023 utang Amerika Serikat sudah menembus US$ 31 triliun
  • Menariknya, China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika yang kerap dilawan berseteru.

Belakangan ini Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Yellen sudah resah akan kemungkinan default sejak akhir tahun lalu, sebab Kongres AS belum menaikkan pagu utang pemerintah.

Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memunculkan apa yang disebut ‘malapetaka ekonomi’ yang bakal membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun berikutnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023 utang Amerika Serikat sudah menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 461 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada tahun lalu angka ini setara dengan 137% dari total PDB nya.

Artinya batas utang tersebut sudah dicapai, dan Kementerian Keuangan AS tidak bisa lagi menerbitkan obligasi untuk membiayai belanja.

Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21. AS juga tercatat sebagai negara dengan utang terbanyak di dunia.

Melihat data terpisah dari Ticdata dan Departemen Keuangan AS, per Januari 2023 dari total tersebut, lebih dari US$ 7 triliun Amerika Serikat berutang kepada asing, salah satu yang terbesar yakni China, yang kerap dilawan berseteru.

Berdasarkan data dari Departemen Keuangan AS, China memiliki surat utang atau obligasi (Treasury) senilai US$ 859,4 miliar pada Januari 2023. China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika. Berikut pergerakannya surat utang yang dimiliki China satu tahun terakhir.

Secara tren surat utang atau obligasi (Treasury) yang dipegang China mengalami penurunan. Namun angkanya masih begitu besar. Dalam setahun terakhir, hanya mampu turun 16,87% dari senilai US$ 1.033,8 miliar pada Januari 2022.

Di urutan pertama ada Jepang yang memiliki Treasury AS senilai US$ 1,1 triliun. Jepang menjadi pemegang Treasury AS terbesar sejak pertengahan 2019 lalu mengalahkan China.

Pasca perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkobar, pemerintah Tiongkok cenderung melepas kepemilikan Treasury, sementara Jepang terus bertambah. Kemudian melengkapi lima besar kreditur AS ada Inggris, Belgia, dan Swiss.

Sebagaimana diketahui, utang luar negeri dibutuhkan tiap negara untuk menutup defisit anggarannya. Di Indonesia, utang luar negeri banyak difungsikan untuk membiayai foreign exchange gap.

Alhasil, pemerintah AS harus mengurangi belanja, memilih mana yang harus dipenuhi, membayar gaji pegawai negeri, manfaat Jaminan Sosial, atau bunga utang. Jika pemerintah AS memilih tidak membayar bunga utang, maka disebut default.

Namun, untuk diketahui sepanjang sejarah modern Amerika Serikat tidak pernah mengalami gagal bayar. Jika sampai terjadi, maka dampaknya akan parah.

Yellen memperingatkan bahwa kegagalan Kongres untuk menaikkan pagu utang yang menyebabkan gagal bayar akan memicu “malapetaka ekonomi”, suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.

Ketika gagal bayar terjadi, peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade. Pelaku pasar bisa berondong-bondong menjual surat utang AS (Treasury), yieldnya akan melesat naik dan bisa mempengaruhi suku bunga di Amerika Serikat. Treasury tidak lagi dipandang sebagai aset aman (safe haven).

Jika sampai terjadi gagal bayar, penurunan peringkat utang bisa sangat tajam, dan gejolak di pasar finansial tentunya akan sangat besar, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga dunia.

 

Daftar Negara yang Pernah Default

Bukan negara maju seperti AS, Sejumlah negara berkembang menghadapi krisis utang yang serius. Ini terjadi akibat jatuhnya nilai tukar mata uang, tingkat obligasi tinggi, serta cadangan devisa yang menipis.

Lebanon, Sri Lanka, Rusia, Suriname, dan Zambia sudah dalam keadaan gagal bayar. Belarusia berada di ambang batas, dan belasan negara lainnya berada di zona bahaya. Naiknya biaya pinjaman, inflasi, serta utang mempengaruhi kondisi ini, dan memicu kekhawatiran akan keruntuhan ekonomi global.

 

Argentina

Predikat Argentina sebagai negara dengan gagal bayar utang tertinggi tampaknya akan terus meningkat. Di pasar gelap, mata uang Peso diperdagangkan dengan diskon hampir 50%.

Cadangan devisa sudah sangat rendah, dan obligasi diperdagangkan hanya 20 sen dolar, kurang dari separuh dari yang Argentina lakukan setelah restrukturisasi utang negara 2020.

Pemerintah Argentina memang tidak memiliki utang berjumlah besar hingga 2024. Namun, hutang Argentina berpotensi meningkat jika gagal membayar Dana Moneter Internasional (IMF).

 

Mesir

Mesir memiliki rasio utang terhadap PDB hampir 95%. Perusahaan dana FIM Partners memperkirakan, Mesir memiliki utang senilai US$ 100 miliar untuk dibayar selama lima tahun ke depan, termasuk obligasi senilai $3,3 miliar pada tahun 2024.

Kairo mendevaluasi pound sebesar 15% dan meminta bantuan IMF pada bulan Maret lalu. Tetapi spread obligasi sekarang lebih dari 1.200 bps.

Francesc Balcells, CIO debt EM di FIM Partners, memperkirakan bahwa sekitar setengah dari US$ 100 miliar yang harus dibayar Mesir pada tahun 2027 adalah untuk IMF atau kebutuhan bilateral di kawasan Teluk.

 

Ghana

Pinjaman yang masif membuat rasio utang terhadap PDB Ghana melonjak hampir 85%. Mata uangnya, cedi, kehilangan hampir seperempat nilainya tahun ini

Ghana sudah menghabiskan lebih dari setengah pendapatan pajak untuk membayar bunga utang. Inflasi di negara tersebut sudah mendekati angka 30%.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*