Usai Jeblok, Harga CPO Bangkit dan Bikin Bos Sawit Bahagia

Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

– Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan Jumat (14/4/2023).

Penguatan memutus pelemahan yang sudah terjadi dalam dua hari sebelumnya.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau naik 1% ke posisi MYR 3.750 per ton pada pukul 09:00 WIB.

Meskipun menguat, harga CPO masih berada di level 3.700-an setelah sempat menyentuh level 3.900-an pada perdagangan 4 April.

Pada perdagangan Kamis (13/4/2023) harga CPO ditutup terkoreksi 1,64% ke posisi MYR 3.713 per ton.

Dengan ini, dalam empat hari perdagangan CPO mencatatkan pelemahan hingga 2,13%, secara bulanan harganya turun 1,28%, dan terkoreksi 11,04% secara tahunan.

Menguatnya harga CPO ini setidaknya memutus pelemahan yang membawa harganya terendah dalam dua pekan terakhir. Ini dipicu oleh minyak saingannya yang tengah terkoreksi dan mata uang ringgit yang menguat.

“Harga CPO Bursa Malaysia Derivatif mengikuti pasar eksternal yang lemah seperti Dalian Commodity Exchange dan minyak mentah, selain itu menambahkan ringgit yang lebih kuat juga memberikan tekanan pada kurs.” kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip dari Reuters.

Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOc2 turun 0,92%. Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYc1 turun 0,75%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPc2 turun 2,65%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin ringgit Malaysia,  tercatat menguat  0,27% terhadap dolar dan membuat minyak sawit lebih mahal bagi pemegang mata uang asing. Inilah yang membuat CPO kurang diminati sehingga membebani harga.

Selain itu, sentimen negatif yang turut membebani harga CPO sejalan dengan data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance mengatakan pada Selasa (11/4/2023) Ekspor produk minyak sawit Malaysia turun.

Untuk periode 1-10 April turun 16,2% menjadi 408.663 ton dari 487.530 ton yang dikirim selama periode yang sama di bulan Maret.

Sementara itu, produksi kedelai di Argentina akan turun ke level terendah dalam 23 tahun, lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.

Kekeringan menghancurkan ladang di produsen utama Amerika Selatan tersebut.

Namun, sebagian besar pelaku pasar percaya bahwa harga secara keseluruhan akan tetap stabil dengan datangnya Idul Fitri dan pabrik tutup untuk waktu yang lebih lama karena hari libur.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO mungkin akan hanya neik ke target MYR 3.797 per ton, upport harganya a bisa membuka jalan MYR 3.729 atau 3.671 per ton.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*